Di TPST Batununggal, Sampah Menjadi Produk Bernilai Ekonomi

KABARHARMONI | BANDUNG, – Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dalam menekan pengurangan angka ritasi, terus dilakukan untuk meminimalisir pengiriman pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti.

Pemkot Bandung mengambil langkah konkret dengan menghadirkan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST).

TPST Batununggal menjadi contoh nyata dari upaya ini, dengan inovasi mengubah sampah menjadi produk bernilai, seperti, kompos dan RDF (Refuse-Derived Fuel).

TPST Batununggal memiliki kapasitas hingga 4 ton sampah per hari untuk pengolahan.

Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan dan Limbah B3, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, Salman Faruq, menjelaskan, bahwa, Pengelolaan sampah di TPST Batununggal telah berjalan dengan sistem yang terintegrasi.

“Di sini (TPST Batununggal) sudah dilakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik menggunakan mesin Gibrig. Sampah organik diolah menjadi kompos, sedangkan, anorganik dihancurkan menggunakan mesin pencacah. Tidak hanya itu, TPST ini juga mampu mencacah sampah daun dan ranting untuk diolah lebih lanjut,” ungkap Salman Faruq.

Selain kompos, tambah Salman, TPST Batununggal juga memproduksi RDF, yang merupakan bahan bakar alternatif dengan potensi besar, namun, pengelolaan RDF ini tidak tanpa tantangan, kendala utama adalah kebutuhan akan gudang penyimpanan yang cukup besar untuk menyimpan produk tersebut.

“RDF, bahan bakar alternatif yang memiliki potensi besar. Tapi pengelolaan RDF ini cukup menantang, pasalnya membutuhkan gudang penyimpanan yang cukup besar,” kata Salman.

Dijelaskan pula oleh Salman, bahwa, TPST Batununggal tidak hanya dilengkapi dengan fasilitas mesin canggih, tetapi juga mendapatkan dukungan dari dua bank sampah yang aktif, yakni, Bank Sampah Mulya dan Jelita.

Setiap dua minggu sekali, kedua bank sampah ini mengumpulkan sekitar 200 kilogram sampah anorganik, seperti botol plastik dan bahan lainnya yang bisa didaur ulang.

“Masyarakat Batununggal antusias memilah sampah dan dikumpulkan ke bank sampah untuk dikelola lebih lanjut,” ungkap Salman.

Salman menambahkan penjelasan, Dengan adanya TPST Batununggal, tidak hanya timbunan sampah yang dapat dikurangi, tetapi juga manfaat nyata yang diberikan kepada masyarakat melalui produk kompos dan RDF yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

“TPST Batununggal tidak hanya berfungsi sebagai solusi lokal untuk pengelolaan sampah, tetapi juga diharapkan menjadi pelopor pengelolaan sampah berbasis teknologi dan komunitas di Kota Bandung,” jelas Salman.

Langkah-langkah yang diambil TPST Batununggal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah yang terintegrasi tidak hanya bermanfaat untuk lingkungan, tetapi juga dapat memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat.

TPST Batununggal menjadi bukti nyata, bahwa, teknologi dan keterlibatan komunitas, dapat menjadi kunci dalam menciptakan pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. *Red

Komentar