PWI Jawa Barat Inisiasi Pembangunan Museum Pers di Bandung

KABARHARMONI | BANDUNG, – Inisiasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Barat untuk mendirikan Museum Pers di Kota Bandung, mendapat respon positif dan dukungan luas dari berbagai kalangan, termasuk, tokoh pers, praktisi museum, dan pemerintah daerah.

Acara seminar dan soft launching, di Aula PWI Jabar, Jalan Wartawan II No. 23, Turangga, Kecamatan Lengkong, Kota Bndung, Senin, 24 Februari 2025, menjadi momentum penting dalam merealisasikan gagasan ini, yang telah ada sejak tahun 90-an, namun, baru sekarang diaktualisasikan.

Museum Pers Jawa Barat, tidak hanya akan menjadi tempat penyimpanan sejarah, tetapi juga ruang publik yang mendukung kebebasan berpendapat dan edukasi bagi masyarakat.

Dukungan dari banyak pihak, menjadi kunci untuk memastikan keberhasilan proyek ini, dan menjadikannya sebagai tempat yang menarik, serta, relevan untuk pengunjung di masa depan.

Soft Launching Menandai Langkah Awal

PWI Jawa Barat menggelar seminar dan soft launching Museum Pers Jawa Barat di Jalan Wartawan, Kota Bandung, dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat.

Ketua PWI Jawa Barat, Hilman Hidayat, mengungkapkan optimisme, terkait, realisasi pembangunan museum.

“Setelah mendengar materi dan penjelasan yang menarik dari para narasumber seminar, saya optimis museum pers Jawa Barat akan terwujud,” ucap Hilman.

Penegasan ini menunjukkan komitmen PWI dalam mewujudkan gagasan yang telah lama ada.

Ruang Publik untuk Kebebasan Berpendapat

Museum Pers yang akan didirikan di kawasan Jalan Asia-Afrika ini, tidak hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan jejak sejarah pers.

Ruang tersebut, diharapkan, menjadi tempat publik yang representatif, dimana, masyarakat bisa mengekspresikan kebebasan berpendapat.

“Aktifitas di dalam museum harus jadi perhatian, sehingga, museum bisa hidup dan berbicara,” ujar Noe Firman, seorang ahli pers.

Noe, menambahkan, bahwa, museum harus menjadi wahana edukasi bagi masyarakat, menjadikan kebebasan berpendapat menjadi milik setiap orang.

Dukungan Pemerintah dan Paradigma Baru Museum

Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga menyambut baik rencana ini.

Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar, Ani Widiani, menilai, bahwa, museum ini akan menjadi daya tarik pariwisata baru dan menambah deretan museum yang ada di Jawa Barat.

“Untuk mencapai objek unggulan dan menjadi daya tarik pariwisata, dibutuhkan pengelolaan yang serius,” kata Ani.

Pakar museum, Agit Maulana Gintara, berpendapat, bahwa, penggagas harus memastikan konsep yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.

Paradigma museum, kini, bergerak dari orientasi pribadi ke publik.

“Harus bisa menampilkan alasan kenapa masyarakat memerlukan museum pers,” ungkap Agit.

Hal ini menjadi dasar penting untuk menarik minat pengunjung.

Kolaborasi untuk Menghimpun Koleksi

Ketua Umum Serikat Perusahaan Pers (SPS), Januar P Ruswita, mengharapkan, keterlibatan lebih banyak insan atau lembaga pers dalam menghimpun koleksi museum.

Dia, menekankan, pentingnya komunikasi dan kerjasama antar perusahaan pers untuk memperkaya koleksi museum.

“Tentu saja ke depan dalam menghimpun koleksi, kita harus banyak berkolaborasi,” tutur Januar.

Tata Letak Menarik untuk Mobilisasi Pengunjung

Terkait konsep dan tata pamer museum, jurnalis foto senior Dudi Sugandi, memberikan ide untuk membuat tata letak yang menarik bagi semua kalangan masyarakat.

Menurut Dudi, museum harus tidak hanya menyimpan benda sejarah, tetapi juga menyajikan pengetahuan tentang perkembangan dunia pers saat ini.

“Pengunjung harus mendapatkan pengalaman yang kaya selain melihat benda-benda peninggalan,” ujar Dudi.

Harapan untuk Masa Depan

Dengan semua dukungan dan masukan dari berbagai pihak, rencana pendirian Museum Pers Jawa Barat diharapkan dapat terwujud.

Setiap langkah menuju realisasi proyek ini dianggap penting untuk memperkuat jejak sejarah pers di Indonesia, terutama, di Jawa Barat.

Dukungan dari semua pihak akan sangat berperan dalam mengaktualisasikan ide-ide besar ini.

Keberhasilan museum ini bukan hanya sekadar membangun bangunan fisik, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya kebebasan pers dan sejarah perjalanan media di Indonesia. *Red

Komentar