Erwin: Pemkot Bandung Kaji Penyelesaian Sampah dengan Teknologi Bio Fertinet

KABARHARMONI | BANDUNG, – Pemerintah Kota Bandung bertekad untuk menyelesaikan permasalahan sampah yang berdampak signifikan terhadap perekonomian kota.

Wakil Wali Kota Bandung, H. Erwin, mengungkapkan, bahwa, penumpukan sampah di Pasar Caringin telah memengaruhi omzet perdagangan.

Erwin, menekankan, pentingnya solusi konkret terkait pengelolaan sampah, terutama, dalam hal pemilahan dari sumbernya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Dudy Prayudi, menyoroti tantangan besar yang dihadapi kota dalam mencapai Kawasan Bebas Sampah (KBS), dimana, hanya 25% dari total RW yang berhasil mencapainya.

Untuk mengatasi masalah ini, PT Bandung Inovasi Organik, memperkenalkan konsep inovatif dalam pengolahan sampah, termasuk, teknologi Bio Fertinet untuk mempercepat proses pengomposan.

Komitmen Pemkot Bandung dalam Menuntaskan Masalah Sampah

Wakil Wali Kota Bandung, H. Erwin, menyoroti situasi di Pasar Caringin yang mengalami penumpukan sampah.

Erwin, menjelaskan, Jika pengelolaan sampah tidak segera dibenahi, maka, aktivitas perdagangan di kawasan tersebut bisa terganggu karena menurunnya jumlah pembeli, oleh karena itu, solusi konkret terkait pengelolaan sampah menjadi prioritas.

Tantangan dalam Pengelolaan Sampah

Erwin, mengakui, bahwa, Kota Bandung masih menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah, terutama, dalam hal pemilahan dari sumbernya.

“Kalau ada inovasi yang bisa diterapkan di RW, tentu akan sangat membantu,” ujar Erwin.

Salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan, adalah, pemilahan sampah langsung oleh tukang angkut.

Ini, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah di wilayah tersebut.

Persentase Kawasan Bebas Sampah

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, Dudy Prayudi, menyampaikan informasi penting mengenai status pengelolaan sampah di kota ini.

Dari 1.596 RW yang ada, baru 414 RW atau sekitar 25% yang berhasil menjadi Kawasan Bebas Sampah (KBS).

“Kami sudah melakukan berbagai upaya, termasuk, membangun 149 rumah maggot di hampir semua kelurahan. Namun, kesadaran masyarakat dalam memilah sampah masih menjadi tantangan utama,” jelas Dudy.

Inovasi dari PT Bandung Inovasi Organik

Dalam usaha mencari solusi, PT Bandung Inovasi Organik, memperkenalkan konsep Three Brothers dalam pengolahan sampah.

Tiga metode inovatif tersebut mencakup:

Ngarohrab :
Metode pengolahan sampah dengan cara menimbun atau menggali tanah.

Bio Fertinet :
Teknologi hot composting berbasis bakteri asli dari tanah Pasundan untuk mempercepat proses pengomposan.

Maggot Farming :
Pemanfaatan larva Black Soldier Fly (BSF) untuk mengurai sampah organik dan menghasilkan pakan ternak.

Keberhasilan Melalui Prinsip Permaculture

Tenaga Ahli Bandung Inovasi Organik, Luky, mengklaim, bahwa, teknologi Bio Fertinet mampu mengubah sampah menjadi pupuk organik dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan metode konvensional.

Luky, mengatakan, bahwa, keberhasilan pengelolaan sampah harus berlandaskan prinsip permaculture, yang mencakup Earth Care (peduli terhadap bumi), People Care (peduli terhadap manusia), dan Fair Share (pembagian yang adil).

“Kita harus melihat masalah sampah ini secara menyeluruh. Bukan hanya dari sisi teknologi, tetapi juga sosial dan budaya,” kata Luky.

Tindak Lanjut Pemkot Bandung

Sebagai langkah selanjutnya, Pemkot Bandung akan mengkaji penerapan teknologi Bio Fertinet ini.

Tujuan utamanya, adalah, menemukan solusi yang lebih efisien dalam menuntaskan permasalahan sampah di Kota Bandung.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan, Kota Bandung dapat mengelola masalah sampah secara lebih efektif, demi keberlanjutan lingkungan dan perekonomian kota. *Red

Komentar