KABARHARMONI | BANDUNG, – Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mengungkapkan keprihatinannya terhadap rendahnya honor para petugas harian lepas kebersihan atau Gober (Gojeg Beresih), yang saat ini hanya sebesar Rp40 ribu per hari untuk delapan jam kerja.
Farhan menyampaikan pernyataan tersebut saat memantau kawasan Alun-alun Bandung pada Jumat, 18 April 2025.
Kenaikan Honor Gober sebagai Prioritas
Farhan menekankan bahwa honor yang diterima oleh petugas kebersihan tersebut tidak adil jika dibandingkan dengan beban kerja yang mereka hadapi. Terutama di area pusat kota yang padat.
Ia berkomitmen untuk memperjuangkan kenaikan honor para Gober dan menambah jumlah petugas kebersihan di Kota Bandung.
Baca Juga: Kebersihan Kota Bandung: Dedikasi dan Pengorbanan Para Petugas Kebersihan
“Kami akan perjuangkan untuk menaikkan honor para Gober dan menambah jumlah petugasnya. Kita tidak bisa hanya mengandalkan alat, manusia juga harus dimaksimalkan,” tegas Farhan.
Walaupun Farhan menyadari bahwa idealnya honor petugas kebersihan setara dengan Upah Minimum Regional (UMR). Ia juga mengakui bahwa anggaran saat ini belum memungkinkan untuk itu.
“Kalau berdasarkan aturan, seharusnya honor Gober itu UMR. Tapi kayaknya anggaran kita belum mampu. Kita akan kejar standar itu, minimal mendekati, sambil kita hitung strategi fiskalnya,” ungkap Farhan.
Sebagai acuan, Farhan merujuk pada usulan honor sekitar Rp4 juta per bulan. Untuk petugas kebersihan di Jalan Pasteur, yang kini sedang dalam pengkajian.
Jika anggaran memungkinkan, pihak terkait akan menerapkan usulan ini secara lebih luas di kota.
Baca Juga: Farhan Berkomitmen Jadikan Bandung sebagai Kota yang Lebih Unggul, Aman dan Berdaya Saing
Komitmen terhadap Pelayanan Publik
Di samping masalah honor Gober, Farhan juga menegaskan komitmennya untuk menjaga kualitas pelayanan publik di kawasan Alun-Alun Kota Bandung.
Ia mengakui bahwa banyak orang sering mengkritiknya karena dianggap terlalu fokus pada kawasan pusat kota, namun ia menanggapi kritik itu dengan tenang.
Baca Juga: Farhan: Siap Menghadapi Keluhan dan Kritik dari Masyarakat
“Kami banyak mendapat kritikan. Disebut wali kota alun-alun dan sebagainya. Namun tidak apa-apa, mau bagaimana lagi, sebab kami tinggal di Pendopo dan daerah alun-alun,” ujar Farhan.
Farhan menjelaskan bahwa kehadirannya di kawasan tersebut bukan berarti mengesampingkan wilayah lain, melainkan bagian dari tanggung jawab sebagai pemimpin.
Kawasan Alun-Alun ini mencakup tiga kecamatan: Sumur Bandung, Regol, dan Astanaanyar.
Farhan memastikan bahwa ketiga Kecamatan tersebut bekerja secara optimal untuk melayani masyarakat.
Perhatian Terhadap Wilayah Astanaanyar
Farhan juga mulai menata wilayah Astanaanyar dengan lebih baik. Terkait isu premanisme dan keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL).
“Kami juga sudah mulai menyentuh daerah Astanaanyar. Untuk premanisme, kami akan lihat lebih lanjut. Tapi pengelolaan PKL di Jalan Lengkong Kecil bagus sekali,” tutur Farhan.
Ia berharap bahwa pengelolaan PKL tersebut dapat menjadi contoh yang baik.
Farhan juga menunjukkan sikap tegas terhadap penyewaan trotoar untuk lahan usaha oleh oknum RW.
“Siapa tahu Pak RW itu punya sertifikat kepemilikan trotoar. Kalau memang ada, saya hormati. Tapi jika tidak punya, Farhan tegas meminta untuk menghentikannya.”
Farhan menilai bahwa trotoar di Kota Bandung masih layak untuk digunakan. Meskipun ia membutuhkan pemeliharaan dan perhatian serius terhadap pembiayaan serta operasional. *Red
Komentar