KABARHARMONI | BANDUNG, – Kelurahan Gempolsari, Jalan Perum Cijerah II No. 77 A, Kecamatan Bandung Kulon, yang terletak di perbatasan antara Kota Bandung dengan Kota Cimahi, terus berinovasi menciptakan lingkungan yang nyaman dan asri.
Meski menghadapi berbagai tantangan, mulai dari pengelolaan sampah, banjir, hingga pemanfaatan ruang publik, warga Gempolsari membuktikan bahwa gotong royong dan kreativitas bisa menjadi solusi.
Berada di antara Kelurahan Melong, Kota Cimahi dan Desa Margaasih, Kabupaten Bandung, Ke;urahan Gempolsari harus berkoordinasi dengan berbagai pihak dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Salah satu tantangan utama adalah sampah yang menumpuk di anak-anak sungai.
Untuk mengatasinya, pihak Kelurahan Gempolsari memasang jaring besi sebagai penyaring sampah, sehingga pengambilan dan pengelolaannya menjadi lebih mudah.
“Kami pastikan sampah tidak berakhir di Kota Bandung. Pengelolaannya kami lakukan melalui koordinasi dengan DLH Kota Cimahi,” ujar Tri Setya Handayani, Lurah Gempolsari.
Selain masalah sampah, banjir, khususnya di RW 06, menjadi perhatian serius ketika hujan deras, air sering meluap dan menyebabkan genangan di beberapa titik.
Untuk itu, Kelurahan Gempolsari terus berupaya mencari solusi agar dampak banjir dapat diminimalisir.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengajak diskusi sejumlah pemangku kepentingan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi.
Kelurahan Gempolsari juga dikenal sebagai kelurahan yang aktif dalam program lingkungan, dan pada tahun 2024, wilayah ini berhasil meraih Juara 3 dalam program Buruan Sae.
Kini, mereka tengah bersiap mengoperasikan mesin olah runtah (Motah), yang mampu mengolah sampah hingga satu ton per jam.
“Kami sangat mengapresiasi Pemerintah Kota Bandung atas program ini. Semoga dengan adanya mesin Motah, pengelolaan sampah di wilayah kami bisa lebih efektif,” kata Tri.
Mesin ini dijadwalkan mulai beroperasi pada 12 Februari mendatang dan diharapkan bisa segera diresmikan di hari yang sama.
Selain berfokus pada kebersihan dan pengelolaan lingkungan, Kelurahan Gempolsari juga mendorong inisiatif warga dalam memanfaatkan ruang publik.
Salah satu gerakan yang mendapat perhatian luas adalah brand.gg, kegiatan revitalisasi gang sempit atau brandgang yang diinisiasi oleh Andi Abdulqodir dan Arum Kartikaningbudi di RW 02.
Dulu, gang-gang sempit di antara rumah warga hanya berfungsi sebagai jalur sirkulasi udara dan akses darurat. Kini, lorong-lorong itu telah berubah menjadi ruang publik yang bersih, sehat, dan penuh warna.
“Brandgang ini kami jadikan ruang bagi pemuda untuk mengembangkan wawasan kreatif dengan turun langsung ke masyarakat. Kami ingin kreativitas anak muda tak hanya berakhir di kanvas atau layar gadget, tetapi juga bisa diaplikasikan di lingkungan sekitar,” kata Andi, Ketua RW 02 Gempolsari.
Sebanyak 22 gang di RW 02 telah direvitalisasi, dengan empat lorong utama yang memiliki fungsi spesifik.
Ada Kebun Rukun Asih yang dimanfaatkan warga sebagai kebun bersama, Lorong Komunitas yang menjadi tempat berkumpul dan menggelar kegiatan seni budaya, Lorong Perdamaian sebagai proyek awal revitalisasi gang, serta Lorong Perjalanan Air yang berfokus pada edukasi lingkungan dan sanitasi.
“Kami mengerjakan semua ini secara terbuka. Setiap ada kegiatan, warga yang melihat langsung menjadi penasaran dan akhirnya ikut berpartisipasi,” tambah Andi.
Hingga saat ini, brand.gg memasuki volume kelima dengan fokus pada tema air dan sanitasi.
Peluncuran proyek ini dilakukan bersama Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung. *Red
Komentar