Kolaborasi dan Kepedulian, Yorisa: Strategi Menghadapi Tantangan Kesejahteraan Sosial di Kota Bandung

KABARHARMONI | BANDUNG, Kota Bandung, yang memiliki penduduk hampir 2,6 juta jiwa, menghadapi tantangan kesejahteraan sosial yang kompleks.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bandung, dr. H. Yorisa Sativa, M.Kes., mengungkapkan bahwa sektor ekonomi menjadi akar dari banyak persoalan sosial.

Pokja PWI Kota Bandung menggelar podcast Basa Basi pada Rabu, 1 Oktober 2025, dan Yorisa mengungkapkan hal ini di dalamnya.

Gelandangan dan Pengemis Masuk Prioritas Penanganan

Berdasarkan Permensos Nomor 8 Tahun 2012, terdapat 26 jenis Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS).

Yorisa mengungkapkan bahwa hampir semua jenis PPKS tersebut ada di Bandung, dengan gelandangan dan pengemis sebagai yang paling dominan.

Mereka menggunakan berbagai modus, seperti “kaki palsu”, untuk mengelabui dan memanfaatkan rasa iba orang lain.

“Ironisnya, ‘sukses story’ dari aksi seperti ini justru menggiurkan warga lain dan menimbulkan dampak peniruan. Ini menjadi pekerjaan rumah kami untuk terus menyisir dan mereduksinya,” ujar Yorisa.

Baca Juga: Penjangkauan Sosial Pemkot Bandung: Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Warga

Strategi Kolaborasi dengan Keterbatasan SDM

Dengan personil yang kurang dari 100 orang, Dinsos Kota Bandung tak bisa bekerja sendirian. Yorisa mengaku optimis dan tak mau “mati gaya”. Kami memprioritaskan kolaborasi sebagai strategi utama.

“Kami memanfaatkan kekuatan eksternal dengan berperan sebagai koordinator dan regulator,” jelasnya.

Kolaborasi tersebut melibatkan:

– PSKS, yang mencakup TKSK dan PSM, secara aktif mendukung kesejahteraan sosial masyarakat.

Karang Taruna: Berperan dalam proteksi sosial di tingkat komunitas.

Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS): Dari 90 LKS yang terdaftar. Sekitar 60 yang aktif, dan 40 di antaranya sangat aktif dalam program pendidikan dan kesehatan.

– TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) Perusahaan: Menjadi mitra strategis dalam pendanaan dan program.

Baca Juga: IPSM Kiaracondong Rayakan Milad ke-11 dengan Bantuan Sembako untuk Lansia dan Petugas Gober

Pusat Layanan: Online dan Offline Jadi Tumpuan Keluhan

Sebagai pintu masuk aduan masyarakat, Dinsos Kota Bandung mengoperasikan Pusat Data Pelayanan dan Pusat Pelayanan Pelanggan.

Yorisa mengakui bahwa dia sering kali menerima laporan dari masyarakat dengan penuh emosi dan kekecewaan.

“Sekitar 30% aduan datang secara offline, dan 70% secara online. Untuk yang online, kami targetkan 100% terjawab. Tim kami akan menerima, mendampingi, dan mengarahkan warga kepada solusi yang tepat, termasuk ke rumah singgah yang kami sediakan. Prinsipnya, kami ingin memanusiakan masyarakat,” tegasnya.

Baca Juga: Pemkot Bandung Dukung Pembangunan Sekolah Rakyat, Namun Terhambat Ketersediaan Lahan

Program Unggulan Pemkot: Warga Jaga Warga dan Warga Jaga Kota

Di antara berbagai program, Yorisa menggarisbawahi dua inisiatif unggulan.

Pertama, Program Wajawa Wajako (warga jaga warga, warga jaga kota) yang mendorong kepedulian sosial. Dengan slogan “yang tau tetangga susah, bantu”.

Dinsos Kota Bandung sangat mendukung terhadap keberadaan Sekolah Rakyat yang menyasar masyarakat, dari desil 1 dan 2 (kelompok berpenghasilan terendah).

“Tujuannya adalah mengurangi pengeluaran masyarakat, sekaligus meningkatkan pendapatan ekonomi mereka. Dengan demikian, kami bisa menyisir kantong-kantong kemiskinan secara lebih efektif,” paparnya.

Dengan segenap tantangan yang ada, Yorisa Sativa menegaskan komitmennya. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan sosial sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Melalui pendekatan kolaboratif yang melibatkan seluruh elemen masyarakat Kota Bandung.    Red

Komentar