KABARHARMONI | BANDUNG, – Kelurahan Panjunan, yang terletak di Kecamatan Astanaanyar, memiliki populasi sekitar 6.500 jiwa dengan luas 39,5 hektar.
Daerah ini dikelilingi oleh dua sungai besar, yakni Citepus dan Ciroyom, yang turut memberikan tantangan dalam pengelolaan lingkungan.
Sampah dan stunting dulunya menjadi permasalahan besar di Kelurahan Panjunan.
Namun, berkat usaha yang gigih dan kerja sama warga, kedua masalah tersebut kini telah menjadi cerita masa lalu.
Kelurahan Panjunan berhasil mengatasi tantangan tersebut dengan solusi-solusi inovatif yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Salah satu langkah utama adalah pemilahan sampah.
Warga didorong untuk memisahkan sampah organik dan anorganik, agar keduanya dapat diproses terlebih dahulu sebelum dibuang.
Proses ini tidak terjadi secara instan. Dibutuhkan waktu untuk mendidik dan membiasakan warga dalam memilah sampah.
Namun, usaha ini dilakukan dengan tekun dan berkelanjutan, sehingga perlahan-lahan hasil positif mulai terlihat.
Pada awalnya, pemilahan sampah dimulai oleh satu RT, kemudian menyebar ke RT lainnya.
Seiring waktu, hampir seluruh masyarakat Kelurahan Panjunan terlibat dalam kegiatan ini. Sampah organik yang terkumpul diolah menjadi kompos, yang kemudian didistribusikan kembali kepada warga.
“Kemanakan lagi komposnya? Kembalikan lagi ke warga. Prosesnya terus menerus, berkelanjutan dan bermanfaat untuk masyarakat,” ujar Lurah Panjunan, Iya Sunarya, di Kantor Kelurahan Panjunan, Jalan Lio Genteng No. 30, Kec. Astanaanyar, Bandung, beberapa waktu lalu.
Sampah anorganik, di sisi lain, diserahkan ke bank sampah. Kelurahan Panjunan juga tengah menjajaki kerja sama dengan Pegadaian, agar sampah yang ditabung dapat ditukar dengan emas.
Hal ini memberikan nilai tambah bagi warga, yang kini memiliki insentif lebih untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sampah.
Selain itu, Kelurahan Panjunan juga berhasil mengatasi masalah sampah di sungai.
Sampah-sampah yang mengalir melalui wilayah ini secara rutin diangkut, sehingga risiko banjir akibat sampah pun berkurang.
Dengan demikian, warga kini tak lagi khawatir akan bencana banjir saat musim hujan.
Tak hanya pengelolaan sampah, Kelurahan Panjunan juga memiliki program unggulan lain yang sangat penting, yaitu pencegahan stunting.
Program ini diberi nama Sigahdisting (Sinergitas Pencegahan Deteksi Dini Terkait Stunting), yang bertujuan untuk mencegah terjadinya stunting di kalangan masyarakat.
Program Sigahdisting melibatkan berbagai kalangan, mulai dari remaja hingga ibu hamil.
Salah satu langkah pencegahan yang dilakukan adalah dengan memberikan sosialisasi kepada siswi SMP untuk rutin mengonsumsi obat penambah darah setiap minggu.
Tak hanya itu, calon pengantin juga diperiksa kesehatannya sebelum menikah, guna memastikan kondisi fisik mereka ideal untuk memulai kehidupan berkeluarga.
Pemeriksaan kesehatan juga dilakukan pada ibu hamil, ibu nifas, serta bayi, untuk memastikan mereka mendapatkan gizi yang cukup.
“Intervensi itu untuk remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, baru ke balitanya. Bagaimana bayi itu mendapatkan ASI (Air Susu Ibu) yang berkualitas,” jelas Iya.
Berbagai upaya ini membuahkan hasil yang luar biasa.
Kelurahan Panjunan berhasil meraih penghargaan dari Kompetisi Inovasi Jawa Barat (KIJB) berkat keberhasilan program Sigahdisting.
Dengan menjadi salah satu dari tiga besar, Kelurahan Panjunan telah mengharumkan nama Kota Bandung dalam upaya pemberantasan stunting, menunjukkan bahwa melalui kerja keras dan kolaborasi, tantangan-tantangan besar dapat diatasi dengan sukses. *Red
Komentar